Pertanyaan dan Jawaban Perjamuan Kudus, Baptisan, dan Kesatuan Gereja dalam Perspektif Lutheran!

Pertanyaan 1:

Sebenarnya saya punya dua pertanyaan, tetapi sekarang saya hanya fokus pada satu hal. Saya pribadi merasa agak terganggu dengan penjelasan yang disampaikan, khususnya mengenai Perjamuan Kudus.

Dikatakan bahwa Perjamuan Kudus harus menggunakan anggur, bukan bahan lain. Jika demikian, berarti perjamuan yang kami lakukan selama ini dianggap tidak benar. Jadi pertanyaan saya:

1.     Apakah selama ini yang kami lakukan itu salah dan tidak sah?

2.     Jika memang salah, apakah kami harus menghentikan praktik itu, meskipun kondisi kami terbatas, misalnya karena anggur sulit atau mahal untuk didapatkan?

Jawaban:

Terima kasih atas pertanyaan yang sangat baik dan penting ini. Pertanyaan tersebut menyentuh inti persoalan sakramen.

Seperti halnya baptisan, ada dua unsur penting dalam Perjamuan Kudus:

1.     Formula atau rumusan: apa yang ditetapkan Tuhan.

2.     Unsur atau elemen: bahan yang digunakan.

Dalam baptisan, elemen yang ditetapkan adalah air, dan kita tidak boleh menggantinya dengan unsur lain. Demikian pula dalam Perjamuan Kudus, elemen yang ditetapkan adalah roti dan anggur. Kita tidak boleh menggantinya dengan kue atau minuman lain. Mengapa demikian? Karena sakramen adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Tuhan sendiri yang menetapkannya, dan Ia mengikat janji-Nya pada perkataan serta unsur yang Ia pilih. Ketika Yesus berkata, “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku,” dan “Minumlah, inilah darah-Ku,” Ia menggunakan roti dan anggur. Itulah yang menjadikan perjamuan itu benar-benar sakramen, yakni kehadiran nyata tubuh dan darah Kristus demi pengampunan dosa.

Jika kita mengganti elemen yang ditetapkan, maka makna sakramen itu berubah atau bahkan hilang. Roti dan anggur tidak bisa diganti dengan bahan lain tanpa kehilangan esensi yang Kristus tetapkan.

Ada prinsip penting yang harus diingat:

·       Kita tidak boleh mengubah Allah atau firman-Nya.

·       Tetapi Firman Allah-lah yang mengubah kita.

Sejarah keselamatan tidak bisa kita ubah agar sesuai dengan budaya atau keadaan kita. Justru firman itulah yang datang ke dalam konteks kita untuk menyelamatkan kita.

Karena itu, walaupun kita memahami keterbatasan praktis misalnya anggur sulit didapat, sakramen tetap harus dijaga sesuai dengan penetapan Kristus.

Ilustrasi: Perjamuan Kudus
Pertanyaan 2;

Tadi juga ada pertanyaan mengenai teks Injil. Misalnya, di Matius 26 disebutkan Yesus mengambil cawan dan berkata:

“Mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.” (Mat. 26:29)

Meskipun dalam beberapa bagian teks tidak menyebut kata “anggur” secara eksplisit, ayat ini menegaskan bahwa yang dimaksud adalah hasil pokok anggur, bukan bahan lain. Hal ini ditegaskan pula oleh Paulus dalam 1 Korintus.

Jadi, baik Matius maupun Lukas menuliskan Perjamuan Kudus dalam konteks roti dan anggur. Penekanan utamanya adalah pada tubuh dan darah Kristus yang diberikan bagi pengampunan dosa. Sakramen ini menjadi inti dari seluruh iman Kristen.

 

BAPTISAN DALAM LUTHERAN

Baptisan sangat penting, tetapi bukan syarat mutlak keselamatan.

Jika keselamatan adalah oleh iman saja (sola fide), maka baptisan dipahami sebagai sarana anugerah yang meneguhkan iman itu, bukan syarat tambahan yang legalistik. Hal ini menjaga agar ajaran kita tidak jatuh ke dalam legalisme, seolah-olah keselamatan tergantung pada perbuatan atau ritual semata.

 

PASAL V – JABATAN PELAYANAN

Dalam konteks sekarang, termasuk era digital dan ibadah online, Pasal V menegaskan bahwa sarana anugerah tetap berlaku selama Injil diberitakan dengan murni dan sakramen dilayankan dengan benar. Media digital hanyalah alat bantu, tetapi keabsahan pelayanan tetap bergantung pada firman dan sakramen itu sendiri.

 

PASAL VII – GEREJA

Isi Singkat:

  • Gereja sejati adalah persekutuan orang-orang kudus di mana Injil diberitakan dengan murni dan sakramen dilayankan dengan benar.
  • Kesatuan sejati gereja tidak ditentukan oleh keseragaman adat atau upacara manusia.

Makna Teologis:

  1. Esensi Gereja – Gereja bukanlah institusi politik atau budaya, melainkan persekutuan iman yang berpusat pada Injil dan sakramen.
  2. Kesatuan Gereja – Kesatuan tidak berarti keseragaman liturgi, melainkan kesatuan dalam doktrin Injil dan sakramen.
  3. Adiaphora – Hal-hal yang bukan pokok (tata cara ibadah, kebiasaan budaya) boleh berbeda, tetapi tidak boleh mengganggu yang pokok.

 


Comments