Mengapa Gereja Lutheran Menolak Baptisan Ulang?
Baptisan merupakan salah satu sakramen paling mendasar dalam iman
Kristen. Namun, tidak semua gereja memahaminya dengan cara yang sama. Salah
satu perbedaan paling mencolok terlihat dalam sikap terhadap baptisan ulang, apakah
sah untuk membaptis ulang seseorang yang sebelumnya sudah dibaptis, terutama
jika itu terjadi saat ia masih bayi?
Pertanyaan ini telah memecah gereja selama berabad-abad. Namun, di antara
berbagai jawaban yang diberikan oleh beragam denominasi, Gereja Lutheran
memberikan jawaban yang paling tegas: baptisan hanya dilakukan sekali,
dan tidak boleh diulang. Penolakan ini bukan hanya soal liturgi atau
tradisi, tapi berakar dalam keyakinan teologis yang mendalam tentang siapa
Allah itu, bagaimana Allah bekerja, dan bagaimana manusia menerima keselamatan.
Lutheranisme dan Baptisan: Fondasi Teologis yang Kuat
Bagi tradisi Lutheran, sakramen bukanlah simbol semata. Baptisan bukan
sekadar deklarasi iman atau ekspresi lahiriah dari keputusan pribadi seseorang
untuk mengikut Kristus. Sebaliknya, baptisan adalah tindakan objektif dari
Allah yang menyampaikan anugerah dan keselamatan secara nyata kepada
penerimanya.
Dalam Katekismus Besar Martin Luther, Luther menegaskan bahwa
baptisan bukan hanya air biasa, tetapi air yang dipadukan dengan firman Allah.
Baptisan adalah cara Allah menanamkan janji-Nya ke dalam hidup manusia, bahkan
sejak bayi.
Berbeda dari tradisi yang menekankan “pengakuan iman pribadi” sebagai
syarat sahnya baptisan, Lutheran menyatakan bahwa iman bukanlah syarat,
tetapi hasil dari baptisan. Bahkan seorang bayi pun bisa menerima
anugerah Allah, karena kuasa baptisan terletak pada firman dan janji Allah,
bukan pada pemahaman manusia.
Ex Opere Operato: Allah yang Bertindak, Bukan Manusia
Salah satu istilah kunci dalam pemahaman ini adalah ex opere operato,
yang secara harfiah berarti “karena tindakan itu sendiri.” Artinya, efek dari
sakramen tidak tergantung pada kondisi spiritual penerimanya, tetapi pada kuasa
Allah yang telah menjanjikan kehadiran-Nya dalam tindakan itu.
Dengan demikian, dalam teologi Lutheran, jika seseorang telah dibaptis yakni
dengan air dan dalam nama Allah Tritunggal maka baptisan itu berlaku selamanya.
Tidak perlu (dan tidak boleh) diulang, bahkan jika orang tersebut meninggalkan
iman, lalu bertobat kembali. Dalam kasus seperti itu, solusi pastoralnya adalah
pengakuan dosa dan absolusi, bukan pembaptisan ulang.
Perbedaan dengan Kaum Anabaptis dan Gereja Modern
Penolakan terhadap baptisan ulang sangat kontras dengan pendekatan Anabaptis,
yang muncul pada masa Reformasi dan terus diwariskan ke banyak gereja modern
seperti Baptis, Pentakostal, dan kharismatik.
Kaum Anabaptis percaya bahwa baptisan hanya sah jika dilakukan atas dasar
pengakuan iman pribadi. Mereka menolak baptisan bayi karena dianggap tidak
didasarkan pada kesadaran iman. Maka, mereka mendorong baptisan ulang bagi
mereka yang sebelumnya dibaptis sebagai bayi, begitu mereka “benar-benar
bertobat.”
Pandangan ini sangat bertentangan dengan doktrin Lutheran. Mengulang
baptisan berarti meragukan janji Allah, seolah-olah anugerah Allah bisa
dibatalkan hanya karena manusia belum “mengerti.” Ini adalah bentuk
spiritualisme subjektif yang bertumpu pada pengalaman pribadi, bukan pada
kebenaran objektif dari firman Tuhan.
Dasar Historis Penolakan Baptisan Ulang
Martin Luther sendiri menentang keras praktik baptisan ulang. Dalam
berbagai tulisannya, termasuk Babylonian Captivity of the Church, Luther
menegaskan bahwa baptisan adalah dasar keselamatan yang tidak boleh diganggu
gugat. Ketika seseorang dibaptis, Allah telah bekerja, dan pekerjaan itu tidak
dapat dibatalkan atau diulang.
Dalam dokumen resmi gereja Lutheran seperti konfessi Augsburg (Pasal
IX), ditegaskan bahwa “baptisan tidak boleh diulang.” Ini bukan hanya
pernyataan teologis, tapi juga bentuk perlindungan terhadap integritas
sakramen. Dalam konteks sejarah, ini juga menjadi pembeda yang jelas antara
Lutheran dan kelompok-kelompok yang dianggap radikal oleh para reformator.
Baptisan dan Keselamatan dalam Teologi Lutheran
Bagi Lutheran, baptisan bukan hanya gerbang masuk ke dalam gereja, tapi
juga alat keselamatan. Baptisan menyatukan manusia dengan Kristus, mematikan
manusia lama, dan membangkitkan manusia baru (Roma 6:4). Baptisan bukan sekadar
lambang tetapi baptisan menyampaikan keselamatan.
Karena itulah, pembaptisan ulang dianggap bukan hanya tidak perlu, tetapi
juga merusak teologi Injil itu sendiri. Jika baptisan perlu diulang, itu
berarti karya Allah pada saat pembaptisan pertama tidak cukup, dan ini sangat
bertentangan dengan ajaran iman Kristen berdasarkan kasih karunia.
Sikap Pastoral Gereja Lutheran
Dalam praktik pastoral, jika ada seseorang yang datang ke gereja Lutheran
dan sebelumnya telah dibaptis secara sah (misalnya di gereja Katolik, Ortodoks,
atau Protestan lain), maka gereja Lutheran tidak akan membaptis ulang. Yang
dilakukan adalah mengakui validitas baptisan tersebut, dan memberi ruang bagi
orang tersebut untuk memahami makna teologis dari baptisan yang telah ia
terima.
Dalam pelayanan penggembalaan, para pendeta Lutheran justru akan membantu
umat untuk menyadari bahwa baptisan bukanlah titik awal yang bisa
diulang-ulang, tapi dasar yang kokoh untuk pertumbuhan iman yang sejati.
Kesetiaan pada Firman dan Sakramen
Gereja Lutheran sangat menjunjung tinggi otoritas Alkitab, kekuatan
sakramen, dan kesetiaan terhadap ajaran para reformator. Sikap ini terlihat
jelas dalam ketegasan mereka dalam mempertahankan keabsahan baptisan yang telah
dilakukan.
Mereka tidak tergoda mengikuti tren subjektivisme spiritual atau
pengalaman emosional yang sering mengaburkan batas antara simbol dan realitas
rohani. Lutheran memilih untuk berdiri di atas janji firman, yang mereka
percaya tidak akan gagal. Dalam dunia yang terus berubah dan menuntut
fleksibilitas, Lutheranisme tetap konsisten pada prinsip: Allah tidak berubah,
dan janji-Nya tetap berlaku.
Baptisan Adalah Tindakan Allah, Bukan Manusia
Dari seluruh pembahasan ini, kita dapat memahami bahwa penolakan Gereja
Lutheran terhadap baptisan ulang bukanlah semata-mata soal liturgi atau
kebiasaan gerejawi. Ini adalah ekspresi dari pemahaman mendalam terhadap siapa
Allah itu, bagaimana Allah bekerja melalui firman dan sakramen, dan bagaimana
manusia menerima anugerah-Nya.
Bagi Lutheran, baptisan adalah karya penyelamatan yang telah
disempurnakan dalam Kristus. Sekali Allah menyatakan janji-Nya melalui
baptisan, maka janji itu tidak perlu diulang cukup untuk sepanjang hidup.
Comments