Hasil Materi Workshop: Communion
Fellowship
Pembicara: Ps. Michael Frese (LCMS)
1. Pengakuan Petrus sebagai Dasar
Gereja
Yesus
pernah bertanya kepada murid-murid-Nya:
“Menurut orang, siapakah Anak Manusia itu?” (Mat. 16:13).
Para murid menjawab bahwa ada yang mengira Dia Yohanes
Pembaptis, Elia, atau Yeremia. Namun jawaban itu tidak memuaskan Yesus. Maka Ia
bertanya lagi: “Tetapi menurut kamu,
siapakah Aku ini?”
Petrus, mewakili kedua belas murid, menjawab: “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup.” (Mat. 16:16). Yesus menegaskan: “Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga.” (Mat. 16:17). Pengakuan iman ini menjadi fondasi gereja. Yesus berkata: “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” (Mat. 16:18). “Batu karang” yang dimaksud bukanlah pribadi Petrus, melainkan pengakuan iman: Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Menariknya, inilah pertama kalinya kata ekklesia (gereja) muncul dalam Injil Matius. Gereja sejak awal dipahami sebagai komunitas yang berdiri di atas pengakuan iman akan Kristus.
Diambil dari: Workshop GKLI-LCMS
2. Perkembangan Pengakuan Iman dalam
Sejarah
Pengakuan
Petrus tidak berhenti sebagai pernyataan pribadi, tetapi berkembang menjadi
pengakuan iman publik gereja. Dari sinilah lahir berbagai kredo:
· Pengakuan Iman Rasuli
· Pengakuan Iman Nicea (325 M)
· Pengakuan Iman Athanasius
Dalam tradisi Lutheran, pengakuan itu kemudian
diteguhkan dalam Kitab Konkord (1580), termasuk Pengakuan Augsburg
(1530) dan Formula Concord (1577). Semua itu lahir karena gereja harus
menjawab ajaran sesat yang mengancam iman, khususnya Arianisme yang menyangkal
keilahian Yesus.
Karena
itulah, Kredo Nicea menegaskan dengan jelas:
“Yesus
Kristus, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, sehakikat dengan Bapa.”
Dengan pengakuan ini, gereja menegaskan bahwa
keselamatan hanya mungkin karena Yesus adalah Tuhan.
3. Yesus adalah Tuhan: Pusat Kesatuan
Inti dari semua kredo adalah satu pernyataan sederhana
namun mendalam:
“Yesus adalah Tuhan.”
Inilah benih dari semua pengakuan iman. Tanpa
pengakuan ini, gereja terpecah. Dengan pengakuan ini, gereja dipersatukan.
Sejak abad ke-4, gereja-gereja mengucapkan Kredo Nicea
dalam ibadah, terutama menjelang Perjamuan Kudus, untuk menegaskan bahwa
seluruh jemaat beriman kepada Kristus yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
kesatuan gereja bukan pertama-tama soal organisasi, melainkan soal pengakuan
iman bersama.
4. Communion Fellowship sebagai Wujud
Kesatuan
Perjamuan Kudus bukan sekadar perjamuan simbolis, tetapi
persekutuan iman dalam tubuh dan darah Kristus. Karena itu, kesatuan iman
menjadi syarat mutlak sebelum seseorang datang ke altar.
Prinsip ini dijaga dalam tradisi Lutheran melalui
praktik close communion: hanya mereka yang memiliki iman dan pengakuan yang
sama yang diperbolehkan ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Tujuannya bukan untuk
menyingkirkan, tetapi untuk menjaga kesetiaan pada Firman Allah dan menjaga
kesatuan tubuh Kristus.
5. Relevansi bagi Gereja Masa Kini
Pengakuan
iman bukan sekadar warisan sejarah, melainkan kebutuhan praktis bagi gereja
saat ini.
· Dasarnya tetap Alkitab (Sola
Scriptura).
· Namun pengakuan iman tertulis
diperlukan untuk menanggapi ajaran sesat dan tantangan zaman.
Karena
itu, gereja masa kini termasuk GKLI perlu meneguhkan kembali pengakuan iman
yang benar sebagai pusat identitas dan kesatuannya.
Kesimpulan
- Pengakuan
Petrus adalah dasar gereja: “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang
hidup.”
- Dari
pengakuan itu berkembanglah kredo ekumenis dan pengakuan iman Lutheran.
- Inti
dari semua pengakuan iman adalah satu pernyataan: Yesus adalah Tuhan.
- Kesatuan
iman adalah syarat mutlak untuk kesatuan dalam Perjamuan Kudus.
- Pengakuan iman tetap relevan bagi gereja masa kini sebagai penopang identitas dan kesatuan.
Pertanyaan Diskusi
A. Dasar Biblis dan Kristologis
- Mengapa Yesus menegaskan bahwa
pengakuan Petrus berasal dari Bapa di surga, bukan dari manusia?
- Apa
hubungan pengakuan Petrus dengan pendirian gereja dalam Matius 16?
- Apa
makna teologis penggunaan pertama istilah ekklesia dalam Injil
Matius?
B. Sejarah dan Perkembangan
- Mengapa pengakuan Petrus
berkembang menjadi Kredo Rasuli, Nicea, Athanasius, hingga Pengakuan
Augsburg?
- Bagaimana
Arianisme memengaruhi isi Kredo Nicea?
- Apakah
pengakuan iman boleh berubah mengikuti zaman, atau harus tetap?
C. Communion Fellowship
- Mengapa
kesatuan iman diperlukan untuk kesatuan dalam Perjamuan Kudus?
- Apa
bahayanya jika Perjamuan Kudus dilayankan tanpa kesatuan iman?
- Bagaimana
close communion mencerminkan kesatuan tubuh Kristus?
D. Implikasi Praktis
- Bagaimana
prinsip kesatuan iman diterapkan dalam konteks GKLI?
- Apakah Kredo Nicea masih
relevan bagi jemaat modern yang lebih akrab dengan Kredo Rasuli?
- Bagaimana
menyeimbangkan Sola Scriptura dengan perlunya pengakuan iman tertulis?
Sesi II: Pengakuan Iman Nicea
Kredo Nicea menegaskan bahwa:
- Yesus
Kristus menderita, wafat, dan bangkit pada hari ketiga “menurut Kitab
Suci.”
- Roh
Kudus adalah Tuhan yang memberi hidup.
- Gereja
adalah satu, kudus, am, dan rasuli.
Semua pernyataan ini
menunjukkan keterikatan pengakuan iman pada Alkitab. Para rasul, sebagai saksi
ilham Roh Kudus, menjadi dasar gereja.
Sejarah menunjukkan
bahwa Kredo Nicea lahir untuk melawan Arianisme. Arius mengajarkan bahwa Yesus
bukan Allah. Konsili Nicea (325 M) menolak ajaran itu dan menegaskan keilahian
Kristus. Dengan demikian, Kredo Nicea menjadi dasar kesatuan gereja.
Di dalam ibadah, Kredo
Nicea diucapkan sebelum Perjamuan Kudus sebagai tanda bahwa jemaat satu iman
sebelum menerima tubuh dan darah Kristus. Sejak abad ke-4 hingga kini, tradisi
ini menjadi simbol communion fellowship.
Comments