Keselamatan dalam Perspektif Lutheran: Studi tentang Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura pada Jemaat GKLI

“Keselamatan dalam Perspektif Lutheran: Studi tentang Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura pada Jemaat GKLI”

 

Jeprianto Marbun

dolokimun65@yahoo.com

 Abstrak

Keselamatan merupakan tema sentral dalam teologi Kristen yang dalam tradisi Lutheran ditegaskan melalui tiga prinsip utama, yakni Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura. Namun, dalam konteks gereja lokal seperti Gereja Kristen Luther Indonesia (GKLI), pemahaman jemaat sering kali dipengaruhi oleh tradisi budaya dan denominasi lain, sehingga menimbulkan variasi dalam interpretasi dan praktik iman. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep keselamatan dalam perspektif Lutheran, menganalisis peran prinsip-prinsip Reformasi tersebut dalam pemahaman jemaat, serta mengkaji implikasinya terhadap spiritualitas mereka. Pendekatan yang digunakan adalah mixed methods dengan strategi studi kasus, memadukan data kuantitatif melalui kuesioner skala Likert kepada jemaat aktif serta data kualitatif melalui wawancara mendalam dan analisis dokumentasi liturgis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap Sola Gratia relatif kuat, sedangkan Sola Fide dan Sola Scriptura menampilkan variasi signifikan, terutama dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman iman jemaat. Data kualitatif menegaskan adanya ketegangan antara ajaran normatif Lutheran dengan praktik iman lokal yang masih memberi ruang bagi peran tradisi dan perbuatan. Kontribusi penelitian ini terletak pada pengayaan literatur teologi kontekstual dengan menampilkan dialektika antara doktrin Reformasi dan realitas spiritualitas jemaat Indonesia. Implikasi praktisnya adalah perlunya penguatan pendidikan iman dan katekisasi yang menekankan kesatuan ajaran Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura, sementara secara akademik penelitian ini membuka ruang kajian lanjut mengenai dinamika resepsi ajaran Reformasi dalam konteks gereja lokal non-Eropa.

Kata Kunci: Keselamatan, Ajaran Lutheran, Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scriptura, GKLI.

 

Abstract

Salvation is a central theme in Christian theology, which in the Lutheran tradition is affirmed through three key principles: Sola Gratia, Sola Fide, and Sola Scriptura. However, in local church contexts such as the Gereja Kristen Luther Indonesia (GKLI), the congregation’s understanding is often influenced by cultural traditions and other denominational teachings, resulting in variations in interpretation and faith practice. This study aims to describe the concept of salvation from the Lutheran perspective, analyze the role of these Reformation principles in the congregation’s understanding, and examine their implications for spirituality. The research employed a mixed methods approach with a case study strategy, combining quantitative data through Likert-scale questionnaires distributed to active congregants, as well as qualitative data obtained through in-depth interviews and analysis of liturgical documentation. The findings indicate that the understanding of Sola Gratia is relatively strong, while Sola Fide and Sola Scriptura show significant variation, primarily influenced by educational background and faith experience. Qualitative data further highlights tensions between the normative Lutheran doctrine and local faith practices, which still provide room for tradition and works. The contribution of this study lies in enriching contextual theological literature by presenting the dialectic between Reformation doctrine and the spiritual realities of Indonesian congregations. Its practical implication is the need to strengthen faith education and catechesis with an emphasis on the unity of Sola Gratia, Sola Fide, and Sola Scriptura, while academically, this study opens new avenues for exploring the reception of Reformation teachings in non-European local church contexts.

Keywords: Salvation, Lutheran Doctrine, Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scriptura, GKLI

 

Pendahuluan

Keselamatan merupakan tema sentral dalam tradisi iman Kristen yang sejak Reformasi Protestan abad ke-16 mendapatkan penekanan khusus melalui ajaran Martin Luther. Pada tataran global, konsep keselamatan yang ditopang oleh tiga prinsip utama Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura menjadi fondasi teologi Lutheran dalam merespons tantangan spiritualitas umat Kristen terhadap tradisi skolastik dan praktik gereja abad pertengahan yang menekankan karya dan jasa manusia sebagai syarat keselamatan (Chinca, 2020). Ajaran ini menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima hanya melalui iman, bukan hasil usaha manusia (Wachholz, 2019). Dalam konteks Indonesia, pemahaman ini sering bercampur dengan tradisi lokal, pengaruh denominasi lain, serta praktik moralistik, sehingga memunculkan perdebatan tentang kemurnian ajaran keselamatan dalam gereja-gereja Lutheran, termasuk GKLI.

Kesenjangan akademik dan praktik muncul ketika ajaran teologis yang berakar pada Reformasi tidak sepenuhnya dipahami atau diaplikasikan oleh jemaat. Misalnya, dalam banyak komunitas Kristen, keselamatan masih dipersepsikan sebagai hasil sinergi antara iman, perbuatan, dan tradisi gereja, yang secara implisit bertentangan dengan prinsip sola fide dan sola gratia (Kinoti, 2022). Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk memperkuat pendidikan iman yang berlandaskan sola scriptura sebagai otoritas tertinggi dalam hal keselamatan (Dietz, 2019). Secara praktis, tantangan ini juga memengaruhi spiritualitas jemaat GKLI, di mana pemahaman doktrinal sering kali terbentur oleh pengaruh budaya dan pengalaman iman sehari-hari (Mujinga, 2024).

Hubungan antara topik penelitian ini dengan teori konseptual dapat ditelusuri dari prinsip hermeneutika Lutheran, terutama dialektika law and gospel serta peran kitab suci sebagai satu-satunya norma teologi (sola scriptura). Luther menegaskan bahwa Alkitab memiliki kejelasan internal dan eksternal, sehingga cukup sebagai sumber kebenaran iman (Ruokanen, 2021). Dalam kerangka ini, sola fide menekankan peran iman sebagai sarana manusia menerima keselamatan, sementara sola gratia menegaskan bahwa keselamatan sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah (Bender, 2019). Prinsip-prinsip ini terus diperdebatkan dan diinterpretasikan ulang dalam diskursus kontemporer, baik dalam ranah teologi sistematik maupun praksis gerejawi (Thinane, 2024).

Rumusan masalah penelitian ini berfokus pada tiga hal pokok: pertama, apa inti ajaran Lutheran tentang keselamatan; kedua, bagaimana prinsip Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura menjelaskan pemahaman keselamatan; ketiga, bagaimana pemahaman jemaat GKLI terhadap ajaran keselamatan memengaruhi kehidupan iman mereka. Dengan demikian, tujuan penelitian adalah mendeskripsikan konsep keselamatan dalam teologi Lutheran, menganalisis peran tiga prinsip utama Reformasi dalam pemahaman keselamatan, serta mengkaji implikasi ajaran ini terhadap spiritualitas jemaat GKLI. Pertanyaan-pertanyaan penelitian ini diarahkan untuk menjembatani antara dimensi teoretis-teologis dan dimensi praksis dalam kehidupan berjemaat, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif dan kontekstual (Oliver & Oliver, 2020).

Kontribusi ilmiah dari penelitian ini terletak pada upayanya untuk menegaskan kembali ajaran keselamatan Lutheran dalam konteks gereja lokal Indonesia, khususnya GKLI, yang sering menghadapi ketegangan antara tradisi lokal, pengaruh denominasi lain, dan ajaran teologi Reformasi. Artikel ini menawarkan kebaruan dengan menempatkan sola gratia, sola fide, dan sola scriptura sebagai lensa kritis untuk mengevaluasi pemahaman jemaat, sekaligus memperkaya wacana akademik mengenai relevansi ajaran Reformasi di era kontemporer (Stjerna, 2022). Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menyumbang bagi pengembangan teologi sistematik, tetapi juga memiliki dampak praktis bagi pembinaan iman jemaat dan penguatan spiritualitas gereja di tengah pluralitas sosial-keagamaan Indonesia (Lende et al., 2024).

 

Tinjauan Pustaka

Teori utama yang mendasari penelitian ini berakar pada soteriologi Lutheran yang menegaskan keselamatan sebagai anugerah Allah melalui prinsip Sola Gratia, diterima melalui iman (Sola Fide), dan berlandaskan otoritas Firman Allah (Sola Scriptura). Akar teologi ini bermula dari Reformasi abad ke-16 yang dipelopori Martin Luther sebagai respons terhadap teologi skolastik dan praktik indulgensi dalam Gereja Katolik. Konsep tersebut menekankan kejelasan Kitab Suci sebagai norma tunggal iman (claritas scripturae) dan menolak otoritas eksternal di luar Firman (Ruokanen, 2021). Prinsip ini tidak hanya membentuk teologi sistematik, tetapi juga menjadi kerangka hermeneutis dalam membedakan hukum dan Injil serta memahami anugerah sebagai basis keselamatan (Chinca, 2020).

Studi terdahulu menunjukkan bahwa doktrin sola fide dan sola gratia telah menjadi pusat perdebatan dalam tradisi Lutheran dan denominasi lain. Bender (2019) menegaskan kesatuan lima sola sebagai kerangka teologis yang utuh, menempatkan Kristus sebagai pusat interpretasi keselamatan (Bender, 2019). Sementara itu, penelitian Wachholz (2019) memperlihatkan bagaimana sola gratia berkaitan dengan konsep kehendak bebas dan predestinasi dalam meneguhkan kepastian keselamatan (Wachholz, 2019). Kajian lain menyoroti perdebatan kontemporer antara doktrin sola fide dan pemahaman tentang keterlibatan perbuatan baik dalam keselamatan, khususnya dalam perspektif Afrika dan Wesleyan (Kinoti, 2022).

Celah penelitian terlihat dalam keterbatasan studi yang mengaitkan doktrin Lutheran dengan konteks gereja lokal di luar Eropa dan Amerika. Sebagian besar literatur masih menekankan diskursus teoretis universal tanpa cukup memperhatikan praktik pastoral dan pemahaman jemaat dalam konteks Asia atau Afrika. Misalnya, Nicolas, W. (2024) menilai relevansi sola fide di Gereja Apostolik Nigeria, tetapi menyoroti ketidakkonsistenan praktik antara pengajaran doktrin dan pengalaman jemaat (Nicolas, W. (2024) . Namun, kajian yang spesifik terhadap GKLI di Indonesia masih minim. Hal ini membuka ruang penting untuk meneliti bagaimana pemahaman jemaat lokal berinteraksi dengan ajaran sola gratia, sola fide, dan sola scriptura.

Artikel ini menempati posisi unik dengan menghadirkan perspektif studi kasus jemaat GKLI, yang menegaskan keterhubungan antara doktrin Reformasi dengan spiritualitas lokal. Dengan pendekatan mixed methods, penelitian ini menjawab celah literatur melalui pemetaan pemahaman jemaat serta analisis teoretis dari literatur Lutheran. Kontribusinya terletak pada upaya mempertemukan teologi sistematik dengan praktik gereja lokal, sehingga menghasilkan pembacaan yang lebih kontekstual dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang cenderung normatif atau dogmatis (Stjerna, 2022).

Dari sisi metodologis, tren penelitian teologi Lutheran memperlihatkan diversifikasi pendekatan. Beberapa studi berfokus pada evaluasi hermeneutis terhadap ajaran Luther dalam konteks modern (Leppin, 2023). Kajian lain memposisikan doktrin lima sola dalam diskursus missio Dei, menegaskan keterlibatan gereja dalam misi sebagai bagian dari teologi keselamatan (Thinane, 2024). Studi pendidikan Kristen juga mengaitkan prinsip Reformasi dengan tantangan pendidikan iman kontemporer (Sidharta, 2025). Dengan demikian, pendekatan penelitian ini mengisi ruang di antara studi teoretis dan kontekstual.

Sintesis konseptual yang muncul dari kajian pustaka ini menunjukkan bahwa teologi keselamatan Lutheran perlu dipahami sebagai interaksi dinamis antara prinsip normatif sola gratia, sola fide, dan sola scriptura dengan konteks praksis jemaat. Sejalan dengan penelitian Mujinga (2024), yang menegaskan relevansi Luther dan Wesley dalam gereja abad ke-21 (Mujinga, 2024), penelitian ini akan menggunakan prinsip hermeneutis Lutheran sebagai kerangka untuk membaca pengalaman jemaat GKLI. Dengan demikian, bagian metode penelitian selanjutnya akan dirancang untuk menguji kesesuaian antara doktrin Reformasi dengan praktik iman lokal, sehingga memperlihatkan dialektika antara teologi dan spiritualitas dalam konteks Indonesia.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods dengan strategi studi kasus, yang dipilih untuk menangkap pemahaman teologis sekaligus pengalaman praktis jemaat Gereja Kristen Luther Indonesia (GKLI). Pendekatan mixed methods memungkinkan integrasi antara data kuantitatif yang memberikan gambaran umum pemahaman doktrinal jemaat dengan data kualitatif yang mengungkapkan kedalaman refleksi iman dan praktik spiritual. Pendekatan ini sesuai dengan tren metodologis kontemporer dalam ilmu sosial dan teologi, yang menekankan pentingnya triangulasi metode untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif (Purwanto et al., 2021).

Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari jemaat GKLI melalui kuesioner dan wawancara mendalam dengan pendeta dan penatua jemaat. Data kuantitatif diambil melalui penyebaran kuesioner skala Likert yang mengukur tingkat pemahaman jemaat terhadap doktrin Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura. Data kualitatif diperoleh dari wawancara semi-terstruktur yang mengeksplorasi pengalaman iman, refleksi doktrinal, dan pengaruh ajaran Lutheran dalam kehidupan sehari-hari. Data sekunder mencakup literatur teologis, dokumen gerejawi, serta penelitian terdahulu tentang teologi keselamatan Lutheran, baik dalam bentuk buku, artikel jurnal, maupun dokumen resmi gereja. Pendekatan multi-sumber ini mendukung validitas temuan penelitian (Viendyasari et al., 2022).

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tiga instrumen utama: (1) kuesioner kuantitatif berbasis skala Likert 1–5 untuk mengukur tingkat persetujuan jemaat terhadap pernyataan terkait pemahaman doktrin; (2) wawancara semi-terstruktur dengan panduan pertanyaan yang memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap persepsi dan pengalaman rohani jemaat; serta (3) dokumentasi berupa analisis liturgi, khotbah, dan materi katekisasi sebagai data tambahan. Dalam penelitian kualitatif, wawancara direkam dan ditranskrip secara verbatim, sedangkan dalam penelitian kuantitatif, hasil kuesioner diolah menggunakan perangkat lunak statistik. Protokol triangulasi digunakan untuk memastikan konsistensi temuan dari ketiga sumber data tersebut (Rozikin et al., 2023).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah jemaat GKLI yang telah menerima sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus, berusia minimal 18 tahun, serta aktif mengikuti ibadah. Kriteria eksklusi meliputi jemaat yang baru bergabung kurang dari satu tahun dan jemaat yang tidak bersedia berpartisipasi dalam kuesioner atau wawancara. Dari sisi literatur, kriteria inklusi mencakup jurnal teologi yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir, tersedia dalam akses terbuka, dan relevan dengan kajian soteriologi Lutheran. Literatur yang berulang, tidak berhubungan langsung dengan tema keselamatan, atau berasal dari sumber non-akademik dikecualikan dari analisis. Penerapan kriteria ini dimaksudkan untuk menjamin kredibilitas dan relevansi data yang digunakan (Utari, 2022).

Unit analisis penelitian ini adalah jemaat GKLI di wilayah Humbang Hasundutan, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah responden kuantitatif ditetapkan sebanyak 100 orang jemaat aktif, sedangkan responden wawancara terdiri dari 10 orang, termasuk pendeta dan penatua gereja. Subjek dipilih dengan mempertimbangkan keterwakilan usia, gender, dan tingkat keterlibatan dalam kegiatan jemaat. Pemilihan unit analisis pada level komunitas gereja lokal relevan untuk mengkaji dialektika antara doktrin teologi universal dengan praktik iman dalam konteks budaya tertentu (Melvina et al., 2021).

Teknik analisis data melibatkan dua pendekatan utama. Analisis kuantitatif dilakukan dengan statistik deskriptif untuk menggambarkan distribusi pemahaman jemaat dan uji korelasi Pearson untuk menilai hubungan antara tingkat pendidikan, lama menjadi anggota jemaat, dan pemahaman doktrinal. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS atau SmartPLS, sebagaimana umum digunakan dalam penelitian sosial-keagamaan berbasis mixed methods (Anggraeni et al., 2020). Analisis kualitatif menggunakan teknik coding terbuka, aksial, dan selektif untuk mengidentifikasi tema-tema utama terkait pemahaman keselamatan, yang kemudian ditriangulasi dengan hasil kuantitatif. Analisis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak NVivo untuk mendukung keandalan proses kategorisasi data (Syailendra & Hanggono, 2024).

Dengan rancangan metodologis ini, penelitian dapat memadukan kekuatan data kuantitatif yang generalis dengan kedalaman data kualitatif yang kontekstual, menghasilkan pemahaman menyeluruh tentang relevansi ajaran keselamatan Lutheran bagi spiritualitas jemaat GKLI.

 

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini disajikan berdasarkan pendekatan mixed methods yang mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari kuesioner jemaat GKLI dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, sedangkan data kualitatif berasal dari wawancara mendalam dengan 10 narasumber yang terdiri dari pendeta, penatua, dan jemaat aktif.

Data kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat pemahaman jemaat terhadap konsep Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura bervariasi. Skor rata-rata skala Likert (1–5) untuk pemahaman doktrin Sola Gratia adalah 4,21 (SD = 0,65), menunjukkan kecenderungan pemahaman yang baik mengenai keselamatan sebagai anugerah Allah. Pemahaman terhadap Sola Fide memperoleh nilai rata-rata 3,89 (SD = 0,71), dengan variasi signifikan antara jemaat berpendidikan teologi (M = 4,45) dan jemaat tanpa latar belakang pendidikan formal teologi (M = 3,62). Pemahaman terhadap Sola Scriptura tercatat dengan nilai rata-rata 3,67 (SD = 0,82), menunjukkan bahwa sebagian jemaat masih memadukan otoritas Kitab Suci dengan tradisi lokal atau pengajaran non-Lutheran. Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman doktrinal (r = 0,54; p < 0,01). Lama keanggotaan jemaat juga memiliki korelasi moderat terhadap kedalaman pemahaman (r = 0,39; p < 0,05), sedangkan faktor usia tidak menunjukkan pengaruh signifikan.

Analisis kualitatif menghasilkan tiga tema utama. Pertama, tema pemahaman keselamatan sebagai anugerah Allah. Sebagian besar responden wawancara menyatakan bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia, melainkan pemberian Allah secara cuma-cuma, meskipun beberapa jemaat tetap menekankan peran perbuatan baik sebagai bukti iman. Tema ini mengindikasikan bahwa doktrin Sola Gratia masih dipahami secara dominan dalam bentuk deklaratif, namun praktik sehari-hari menunjukkan keterkaitan dengan moralitas. Kedua, tema iman sebagai respons terhadap keselamatan. Responden menggambarkan iman bukan hanya sebagai keyakinan intelektual, tetapi juga sebagai kepercayaan penuh kepada Kristus. Namun, ditemukan variasi dalam pemaknaan iman, terutama dalam kaitannya dengan keterlibatan dalam pelayanan gereja dan kehidupan etis. Ketiga, tema Kitab Suci sebagai otoritas iman. Narasumber mengakui Alkitab sebagai sumber utama ajaran, tetapi sebagian jemaat masih mengandalkan tradisi keluarga atau nasihat pemimpin gereja sebagai sumber tambahan otoritas, memperlihatkan ketegangan antara Sola Scriptura dan praktik iman lokal.

Data dokumentasi mendukung hasil ini dengan menunjukkan bahwa dalam liturgi dan khotbah GKLI, penekanan pada keselamatan melalui anugerah Allah dan iman kepada Kristus hadir secara konsisten. Namun, materi katekisasi dan khotbah cenderung kurang menekankan perbedaan tajam antara hukum dan Injil. Misalnya, tema khotbah tentang etika jemaat sering kali lebih dominan dibandingkan pengajaran eksplisit mengenai Sola Fide. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian teologi kontemporer yang menyoroti adanya kecenderungan gereja-gereja Lutheran di luar Eropa untuk mengadaptasi ajaran Reformasi ke dalam konteks lokal, dengan potensi terjadinya pergeseran fokus doktrinal (Mujinga, 2024).

Selain data lapangan, literatur sekunder juga mendukung pola yang ditemukan. Studi Wachholz (2019) menegaskan bahwa Sola Gratia berkaitan erat dengan kepastian keselamatan dalam konteks teologi Lutheran (Wachholz, 2019). Bender (2019) memperlihatkan pentingnya kesatuan prinsip Reformasi sebagai kerangka soteriologi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Bender, 2019). Oliver dan Oliver (2020) menemukan bahwa perbedaan antara otoritas Kitab Suci dan interpretasi tradisi menjadi salah satu tantangan dalam praktik gereja modern (Oliver & Oliver, 2020).

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pola metodologis serupa dengan studi di gereja-gereja lain. Whesin (2024) mendapati bahwa jemaat Apostolik Nigeria sering kali memahami Sola Fide dalam kerangka moralistik yang bercampur dengan praktik lokal (Whesin, 2024). Thinane (2024) menegaskan relevansi doktrin Reformasi dengan misi gereja dalam konteks Afrika kontemporer, yang memperlihatkan interaksi antara doktrin normatif dan praksis gereja lokal (Thinane, 2024).

Secara keseluruhan, hasil kuantitatif menunjukkan tingkat pemahaman jemaat yang cukup baik terhadap doktrin inti Lutheran, meskipun terdapat variasi berdasarkan pendidikan dan pengalaman iman. Hasil kualitatif menegaskan keberadaan ketegangan antara pemahaman doktrin normatif dan praktik iman sehari-hari, sementara dokumentasi liturgis menunjukkan kecenderungan penekanan etis dibandingkan soteriologis. Literatur sekunder memperkuat bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di berbagai konteks global, memperlihatkan dinamika kontekstualisasi ajaran Reformasi di gereja-gereja lokal.

 

Pembahasan

Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa jemaat GKLI memahami konsep Sola Gratia dengan cukup baik, sementara Sola Fide dan Sola Scriptura masih menampilkan variasi dalam penerimaan dan penerapannya. Hal ini berkaitan langsung dengan tujuan penelitian yang menelaah pemahaman keselamatan dalam perspektif Lutheran dan implikasinya terhadap spiritualitas jemaat. Data kuantitatif menegaskan adanya hubungan signifikan antara pendidikan dan pemahaman doktrinal, sedangkan data kualitatif mengungkapkan ketegangan antara ajaran normatif dan praktik lokal. Dengan demikian, penelitian ini berhasil menjawab rumusan masalah tentang bagaimana doktrin Lutheran dipahami dan dihidupi dalam konteks jemaat GKLI.

Interpretasi terhadap temuan tersebut dalam kerangka teori menegaskan relevansi prinsip Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura sebagai fondasi hermeneutis Lutheran. Luther menolak praktik keagamaan yang berorientasi pada usaha manusia dan menekankan bahwa keselamatan hanya melalui iman dan anugerah Allah (Chinca, 2020). Namun, hasil penelitian lapangan memperlihatkan bahwa sebagian jemaat masih menekankan perbuatan baik sebagai bagian dari keselamatan, yang secara konseptual lebih dekat dengan perdebatan Wesleyan maupun pemahaman Afrika tentang hubungan iman dan karya (Kinoti, 2022). Hal ini menunjukkan adanya dialektika antara ajaran normatif Reformasi dan adaptasi lokal yang membentuk praktik iman jemaat GKLI.

Perbandingan dengan penelitian terdahulu memperlihatkan pola yang sejalan maupun bertentangan. Thinane (2024) menegaskan bahwa doktrin sola merupakan pusat misi gereja (missio Dei), yang menempatkan keselamatan sepenuhnya pada karya Allah (Thinane, 2024). Temuan ini mendukung hasil penelitian tentang pemahaman jemaat yang masih menegaskan Sola Gratia sebagai basis keselamatan. Namun, studi Mujinga (2024) memperlihatkan bahwa keterhubungan ajaran Luther dan Wesley menimbulkan pemahaman lebih plural dalam gereja kontemporer (Mujinga, 2024). Sementara itu, Lende et al. (2024) menunjukkan bahwa pengaruh Reformasi Luther di Indonesia sering kali dimediasi oleh konteks sosial dan budaya, yang menghasilkan bentuk resepsi doktrinal yang berbeda (Lende et al., 2024). Dengan demikian, penelitian ini memperkuat literatur yang menekankan pentingnya konteks dalam memahami relevansi doktrin Reformasi.

Kontribusi ilmiah dari artikel ini terletak pada upayanya mengisi celah literatur tentang bagaimana doktrin Lutheran dipahami dalam gereja lokal Indonesia. Todorović (2019) menegaskan bahwa pemahaman sola pada masa Reformasi berfungsi sebagai pemisah radikal dari praktik Katolik (Todorović, 2019). Namun, penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam konteks GKLI, doktrin tersebut tidak hanya menjadi pemisah, tetapi juga harus diintegrasikan dengan kearifan lokal. Dengan menekankan integrasi mixed methods, artikel ini menyumbangkan perspektif baru terhadap teologi kontekstual yang memadukan ajaran klasik dengan praktik jemaat kontemporer.

Keterbatasan penelitian ini mencakup keterbatasan jumlah responden yang relatif kecil dan terfokus hanya pada satu wilayah, sehingga generalisasi terhadap seluruh jemaat GKLI atau gereja Lutheran di Indonesia masih terbatas. Selain itu, variasi latar belakang pendidikan jemaat memengaruhi kedalaman pemahaman terhadap doktrin. Keterbatasan ini sejalan dengan temuan Fedorov (2021), yang menunjukkan bahwa fragmentasi dalam Protestantisme menghasilkan interpretasi beragam terhadap doktrin sola (Fedorov, 2021). Dengan demikian, penelitian lanjutan perlu memperluas cakupan responden dan memperkaya pendekatan longitudinal untuk melihat dinamika pemahaman doktrin dalam jangka panjang.

Implikasi penelitian ini penting bagi pengembangan teologi praktis dan pendidikan iman jemaat. Studi Sidharta (2025) menekankan bahwa semangat Reformasi harus diterapkan dalam pendidikan Kristen untuk menjaga otoritas Kitab Suci di tengah tantangan modernitas (Sidharta, 2025). Rekomendasi praktis bagi GKLI adalah memperkuat pendidikan katekisasi yang berfokus pada penegasan prinsip Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura. Dari sisi akademik, penelitian ini mendorong eksplorasi lebih lanjut tentang bagaimana doktrin Reformasi berinteraksi dengan budaya lokal di Asia dan Afrika, sejalan dengan perspektif global South Christianity (Bargár, 2019). Selain itu, temuan ini juga dapat menjadi dasar refleksi bagi kebijakan pendidikan teologi di Indonesia agar lebih peka terhadap kebutuhan kontekstual gereja lokal.

 

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa pemahaman jemaat GKLI terhadap doktrin keselamatan dalam perspektif Lutheran menunjukkan pengakuan kuat terhadap Sola Gratia, namun masih terdapat variasi dalam pemaknaan Sola Fide dan Sola Scriptura. Hasil kuantitatif mengindikasikan adanya korelasi positif antara pendidikan dan lama keanggotaan jemaat dengan kedalaman pemahaman doktrinal, sedangkan data kualitatif memperlihatkan ketegangan antara ajaran normatif Reformasi dengan praktik iman yang dipengaruhi tradisi lokal. Temuan ini menjawab rumusan masalah penelitian dengan memperlihatkan bagaimana doktrin keselamatan Lutheran dipahami, dihidupi, dan berimplikasi terhadap spiritualitas jemaat dalam konteks gereja lokal di Indonesia.

Kontribusi penelitian ini terletak pada integrasi antara analisis teologis dan data lapangan, sehingga memperkaya diskursus akademik mengenai relevansi ajaran Reformasi dalam konteks non-Eropa. Secara teoretis, penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai dialektika antara doktrin klasik dan praktik lokal dalam membentuk spiritualitas jemaat. Secara praktis, penelitian ini menawarkan landasan bagi gereja untuk memperkuat pendidikan iman melalui katekisasi dan pengajaran yang menekankan pemahaman menyeluruh terhadap Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura sebagai fondasi iman.

Implikasi lebih lanjut dari penelitian ini adalah perlunya kajian komparatif di berbagai denominasi Lutheran di Indonesia maupun di Asia, untuk melihat pola kontekstualisasi doktrin keselamatan dalam ragam budaya. Penelitian selanjutnya dapat mengadopsi pendekatan longitudinal atau lintas budaya guna memahami dinamika perubahan pemahaman jemaat terhadap doktrin Reformasi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi lembaga teologi dan pembuat kebijakan gereja untuk merumuskan program pendidikan iman yang relevan dengan tantangan spiritualitas jemaat di era kontemporer.

 

Daftar Pustaka

Anggraeni, P., Daniels, P., & Davey, P. (2020). Improving the Benefit of Natural Resources Endowment to Economic Welfare in Indonesia: A Mixed-Method Analysis. International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology. https://doi.org/10.18517/ijaseit.10.3.12067.

Bargár, P. (2019). The Reformation from the Perspective of World Christianity. AUC THEOLOGICA. https://doi.org/10.14712/23363398.2018.51.

Bateza, A. (2022). Lutheran Theology: A Grammar of Faith by Kirsi Stjerna (review). Lutheran Quarterly, 36, 465 - 467. https://doi.org/10.1353/lut.2022.0112.

Bender, K. (2019). The Sola behind the Solas: Martin Luther and The Unity and Future of the Five Solas of the Reformation. Evangelical Quarterly. https://doi.org/10.1163/27725472-09002002.

Chinca, M. (2020). Grace, Faith, Scripture, Spirit. Meditating Death in Medieval and Early Modern Devotional Writing. https://doi.org/10.1093/oso/9780198861980.003.0006.

Dietz, M. (2019). Sola Scriptura entre tradição e modernidade. Teocomunicação, 49, 32087. https://doi.org/10.15448/0103-314x.2019.1.32087.

Fedorov, М. (2021). Confessional Range of Protestantism. The Bulletin of Irkutsk State University. Series Political Science and Religion Studies. https://doi.org/10.26516/2073-3380.2021.38.141.

Kinoti, M. (2022). Salvation and Works. International Journal of Professional Practice. https://doi.org/10.71274/ijpp.v10i1.123.

Lende, M., Gulo, J., Bambangan, M., Kb, J., Besar, R., , R., Besar, K., & Batuceper, K. (2024). Reformasi Protestan : Pengaruh Martin Luther Terhadap Gereja an Dunia. Anugerah : Jurnal Pendidikan Kristiani dan Kateketik Katolik. https://doi.org/10.61132/anugerah.v2i1.473.

Leppin, V. (2023). "Solus Christus" from Late Medieval Passion Piety to Reformation Faith. Lutheran Quarterly, 37, 1 - 26. https://doi.org/10.1353/lut.2023.0001.

Melvina, M., Lengkanawati, N., & Wirza, Y. (2021). The Autonomy of Indonesian EFL Students: A Mixed Method Investigation. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research. https://doi.org/10.26803/ijlter.20.11.23.

Mujinga, M. (2024). “Brothers of Different Periods”: Martin Luther and John Wesley’s Influence on the Twenty-First Century Church. Pharos Journal of Theology. https://doi.org/10.46222/pharosjot.105.224.

Nicolas, W. (2024). A Hermeneutical Evaluation of Luther’s Sola fide and its relevance to the Doctrine of Salvation in The Apostolic Church Nigeria, Southwest Zone. European Journal of Philosophy, Culture and Religion. https://doi.org/10.47672/ejpcr.2196.

Oliver, W., & Oliver, E. (2020). Sola Scriptura: Authority versus interpretation?. Acta Theologica. https://doi.org/10.18820/23099089/actat.v40i1.7.

Purwanto, A., Ardiyanto, J., & Sudargini, Y. (2021). Inhibiting Factors for Publishing in Reputable International Journals among Doctoral Students : An Exploratory Mixed Method Study. , 2, 1-20. https://doi.org/10.7777/JIEMAR.V2I2.123.

Rozikin, M., Sipayung, A., , S., Saleh, C., & Riyadi, B. (2023). The Deradicalization Program to Reduce Criminal Acts of Terrorism in Indonesia: A Mixed Method Approach. International Journal of Membrane Science and Technology. https://doi.org/10.15379/ijmst.v10i3.1866.

Ruokanen, M. (2021). Luther’s Theological Method of Conflict and Distinction. , 47-68. https://doi.org/10.1093/OSO/9780192895837.003.0003.

Sidharta, J. (2025). the Spirit of Reformation: the Finality of Biblical Truth as an Educator's Challenge in Teaching Christian Education. Advances In Social Humanities Research. https://doi.org/10.46799/adv.v3i1.346.

Syailendra, M., & Hanggono, A. (2024). Analysis of the Impact Study of the Inclusive and Sustainable Development of the Smart City of the Indonesian Archipelago Capital (IKN): Mix Methods Study. Arkus. https://doi.org/10.37275/arkus.v10i2.541.

Thinane, J. (2024). Reformed Pulpit and God’s mission: ‘Solae Doctrine’ to missio Dei. Pharos Journal of Theology. https://doi.org/10.46222/pharosjot.105.230.

Thinane, S. (2024). The Presbyterii fidelium representative of God’s-Human Covenant in missio Dei. Pharos Journal of Theology. https://doi.org/10.46222/pharosjot.105.53.

Todorović, D. (2019). PROTESTANTISM – THE ORIGIN AND ESSENCE OF ITS TEACHINGS. Facta Universitatis, Series: Philosophy, Sociology, Psychology and History. https://doi.org/10.22190/FUPSPH1803179T.

Utari, D. (2022). Indonesia mixed contraception method skewness background 1997-2012: A mixed method study. F1000Research. https://doi.org/10.12688/f1000research.121725.1.

Viendyasari, M., Syukri, M., Yandri, E., & Rahmawati, D. (2022). PUBLIC PERCEPTION OF RENEWABLE ENERGY IN INDONESIA: IMPLICATION FOR COMMUNICATION STRATEGY. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA). https://doi.org/10.31955/mea.v6i3.2517.

Wachholz, W. (2019). Sola gratia e livre-arbítrio: a certeza da salvação na teologia de Martim Lutero. Teocomunicação, 49, 31612. https://doi.org/10.15448/0103-314x.2019.1.31612.

 

Comments