Siapa Merencanakan Penyaliban Yesus? Jawaban Lutheran Konservatif: Allah Berdaulat, Iblis Terkecoh, Injil Menang

Dari Perdebatan Menuju Kejernihan Injil

Perdebatan tentang “siapa yang merencanakan penyaliban Yesus” kerap memanas. Ada yang menekankan peran Iblis, ada yang menegaskan rencana Allah Bapa, dan ada pula yang melihat keduanya bekerja namun dengan tujuan yang sangat berbeda. Hari ini kita akan melihat kesaksian Alkitab secara utuh: Allah merencanakan penebusan sejak kekekalan; Iblis merancang kejahatan; dan melalui salib, Allah menggagalkan rencana Iblis serta menyelamatkan umat-Nya.

Artikel ini merangkum pokok-pokok Alkitab, memberikan kerangka Hukum & Injil (Law & Gospel), menyinggung kaidah hermeneutika (cara menafsir), dan menutup dengan arahan pastoral agar perdebatan tidak merusak kesaksian gereja.

Teologi salib dan rencana penebusan

1) Prinsip Hermeneutika: Sola Scriptura dan “Ayat Menafsir Ayat”

Gereja Lutheran konservatif berangkat dari Sola Scriptura: Alkitab adalah firman Allah yang tidak saling bertentangan. Konsekuensinya:

  1. Ayat menafsir ayat: Teks yang lebih jelas membantu menjelaskan teks yang lebih sulit.
  2. Memperhatikan genre: Cara membaca perumpamaan berbeda dengan surat, nubuat, puisi, atau narasi. Perumpamaan lazimnya menekankan satu pokok utama, bukan seluruh detailnya.
  3. Kesatuan narasi penebusan: Seluruh Kitab Suci bergerak menuju Kristus yang disalibkan dan bangkit.

Dengan prinsip ini, kita tidak boleh menonjolkan satu teks untuk meniadakan teks lain. Semua kesaksian perlu dirajut secara konsisten.

2) Rencana Kekal Allah: Penebusan “Sebelum Dunia Dijadikan”

Alkitab menyatakan bahwa kematian Yesus bukan kebetulan sejarah, melainkan bagian dari rencana kekal Allah.

  • Dipilih sebagai Penebus sejak kekekalan (1Ptr 1:18–20): Penebusan dengan “darah yang mahal” dirancang sebelum dunia dijadikan—sebelum ada manusia, dosa, bahkan Iblis.
  • Ditentukan menurut maksud Allah (Kis 2:23): Yesus “diserahkan menurut maksud dan rencana Allah”, namun disalibkan oleh tangan orang jahat. Kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia.
  • Ditetapkan sejak semula (Kis 4:27–28): Herodes, Pilatus, dan musuh-musuh Yesus bertindak, tetapi semuanya terjadi untuk melaksanakan apa yang telah Allah tentukan.
  • Dinubuatkan para nabi (Yes 53; Mzm 22): “Tuhan menimpakan kepadanya kejahatan kita,” dan gambaran penyaliban (tangan-kaki ditusuk, jubah diundi) muncul jauh sebelum peristiwa Golgota.
  • Dinyatakan sebagai inti Injil (1Kor 15:3): “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai Kitab Suci.”

Kesimpulan: Rencana Bapa atas penebusan melalui salib jelas, konsisten, dan alkitabiah.

3) Pengakuan Yesus tentang Misi-Nya

Yesus sendiri menjelaskan tujuan kedatangan-Nya:

  • “Anak Manusia datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28).
  • Sejak awal pelayanan, Yesus menubuatkan bahwa Ia harus menderita, dibunuh, dan bangkit (Mat 16:21). Kata “harus” (dei) menyiratkan ketetapan ilahi.
  • Kedaulatan Yesus atas kematian-Nya (Yoh 10:17–18): “Aku memberikan nyawa-Ku… tidak seorang pun mengambilnya.”
  • Getsemani (Mat 26:39): “Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu.” Pada akhirnya, Ia taat sampai mati.

Maka, misi Yesus bukan tragedi kebetulan, melainkan ketaatan kepada kehendak Bapa demi penebusan.

4) Rencana Iblis: Membinasakan, Bukan Menebus

Alkitab juga memperlihatkan inisiatif jahat Iblis:

  • Sejak kelahiran Yesus, Herodes berupaya membunuh-Nya (kuasa tirani yang dipicu kegelapan).
  • Pencobaan di padang gurun (Mat 4): dari mendorong Yesus “menjatuhkan diri” (yang dapat mematikan) hingga menawari kuasa dunia agar salib dibatalkan.
  • Intrik terhadap Yesus melalui pemimpin Yahudi (Yoh 8:40, 44): “kamu mau membunuh Aku… Iblislah bapamu.”
  • Yudas (Luk 22:3–6): Iblis masuk ke dalam Yudas; persekongkolan pun terjadi.
  • “Inilah kuasa kegelapan” (Luk 22:53): Yesus menyebut penangkapan-Nya sebagai momen operasi kegelapan.
  • Di salib, Iblis masih menggoda lewat ejekan: “Turunlah dari salib!” (Mat 27:40) — sebuah rayuan agar penebusan batal.

Jadi, Iblis memang menghendaki kematian Yesus, tetapi bukan sebagai Penebus. Iblis ingin membinasakan Mesias, memutus manusia dari Allah, dan menggagalkan karya keselamatan.

5) Dua Rencana, Dua Tujuan: Allah Berdaulat, Iblis Terkecoh

Bagaimana menyatukan semua data Alkitab ini?

  • Allah Bapa merencanakan kematian penebusan Kristus sejak kekekalan.
  • Iblis merencanakan kematian Kristus sebagai kebinasaan, bukan penebusan.
  • Peristiwa yang sama (salib) memuat tujuan yang bertolak belakang:
  • Tujuan Allah: penebusan dosa dan kemenangan Injil.
  • Tujuan Iblis: kehancuran Mesias dan pembatalan Injil.

Alkitab memberi pola penafsir yang serupa pada Kejadian 50:20 (Yusuf): “Kamu mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah mereka-rekakan untuk kebaikan.” Tindakan yang sama dapat menyimpan niat berbeda. Allah bukan pengarang dosa, tetapi Ia berdaulat mengendalikan sejarah sehingga kejahatan dipakai bagi maksud-Nya yang kudus. Di salib, Iblis justru “memancing” kekalahannya sendiri: “penguasa dunia ini” disingkirkan ketika Kristus ditinggikan di kayu salib.

6) Menempatkan Perumpamaan Kebun Anggur secara Proporsional

Perumpamaan penggarap kebun anggur (Mat 21:33–46) kerap digunakan untuk menyatakan seolah-olah Bapa tidak pernah menghendaki kematian Anak. Perspektif Lutheran konservatif mengingatkan:

  1. Perumpamaan menyoroti satu pokok: Israel menolak nabi-nabi dan akhirnya membunuh Anak. Fokusnya: dosa penolakan umat dan hukuman adil Sang Pemilik.
  2. Tidak semua detail perumpamaan dimaksudkan sebagai doktrin menyeluruh atas rencana penebusan.
  3. Ayat menafsir ayat: Teks-teks yang tegas tentang rencana kekal dan misi penebusan tidak boleh dibatalkan oleh asumsi dari rincian perumpamaan.

Karena itu, perumpamaan ini harmonis bila dibaca bersama seluruh Kitab Suci: Allah mengetahui dan merencanakan penebusan; manusia dan Iblis bertindak jahat; Allah menghakimi penolak Injil; dan kerajaan diberikan kepada umat yang menghasilkan buah.

7) Hukum dan Injil: Kunci Lutheran agar Kabar Baik Tetap “Baik”

Hukum (Law) menyatakan kehendak Allah yang kudus, membongkar dosa, dan menutup mulut manusia (Rm 3:19). Di salib, kita melihat keseriusan dosa: ganjaran harus ditimpakan. Injil (Gospel) mengabarkan bahwa Kristus menanggung ganjaran itu bagi kita, sehingga yang percaya dibenarkan bukan oleh perbuatan, melainkan oleh iman (Konfessi Ausburg IV).

Jika diskusi berhenti pada “siapa merencanakan,” jemaat dapat pulang tanpa Injil. Pembedaan Hukum & Injil menjaga agar:

  • Hukum menyingkap dosa: “Salib menunjukkan dosamu begitu berat hingga harus dibayar dengan darah Anak Allah.”
  • Injil menghibur orang berdosa: “Salib menunjukkan kasih Allah begitu besar hingga Ia menyerahkan Anak-Nya untukmu.”

Hasilnya bukan antinomianisme, melainkan buah ketaatan. Penggunaan ketiga Hukum (pedoman bagi orang percaya) memberi arah hidup baru yang mengalir dari Injil, bukan syarat pembenaran.

8) Kristus Hadir dalam Sarana: Baptisan dan Perjamuan

Dalam Lutheran konservatif, Sakramen adalah alat Injil:

  • Baptisan: bukan simbol kosong, melainkan air yang dipersatukan dengan Firman; Baptisan menyatukan kita dengan kematian dan kebangkitan Kristus serta mengaruniakan pengampunan.
  • Perjamuan Kudus: kehadiran nyata—tubuh dan darah Kristus diberikan demi pengampunan dosa.

Mengapa hal ini relevan? Karena jaminan kita tidak bertumpu pada kemenangan retorika, tetapi pada janji Allah yang diberikan secara objektif. Saat hati diserang tuduhan, datanglah dan terimalah Kristus yang sama—sebagaimana Ia menjanjikan diri-Nya dalam sarana yang terlihat.

9) Etika Berdiskusi: Tegas dalam Kebenaran, Lembut dalam Spirit

Perdebatan teologis perlu untuk menjaga kemurnian Injil. Namun gaya diskusi harus menggembalakan, bukan membakar:

  • Tegas pada inti: Kristus disalibkan untuk menebus.
  • Jujur menyimak seluruh Alkitab; hindari memotong-motong ayat.
  • Bedakan niat dan tujuan: Allah berdaulat menebus; Iblis berniat menghancurkan; manusia bertanggung jawab atas dosanya.
  • Saling melengkapi karunia: ada yang unggul dalam apologia ofensif, ada yang kuat dalam defensif dan penggembalaan. Gereja membutuhkan keduanya.

Dengan semangat demikian, perdebatan berubah menjadi pendidikan rohani, bukan batu sandungan.

10) Ringkasan Praktis:

  • Rencana siapa?

-        Allah Bapa: merencanakan penebusan melalui salib sejak kekekalan.

-        Iblis: menghendaki kebinasaan Yesus; tidak menghendaki penebusan.

  • Peristiwa sama, tujuan berbeda:

-        Allah: menyelamatkan yang hilang.

-        Iblis: menghancurkan Sang Juruselamat dan umat-Nya.

  • Yesus rela dan berdaulat: Ia memberikan nyawa-Nya; bukan dirampas.
  • Hukum & Injil: salib menyingkap dosa, sekaligus menghibur dengan pengampunan.
  • Sarana anugerah: Baptisan dan Perjamuan meneguhkan janji salib kini dan di sini.
  • Buah: hidup kudus sebagai respon syukur, bukan syarat keselamatan.

Salib Bukan Kebetulan - Salib Adalah Jantung Injil

Akhirnya, pertanyaan “siapa merencanakan penyaliban?” dijawab tanpa meniadakan ayat mana pun: Allah berdaulat merencanakan penebusan; Iblis merancang kejahatan; manusia bertanggung jawab; dan Kristus menang. Di kayu salib, Hukum menyatakan vonis atas dosa; Injil menyatakan pembebasan oleh Darah Anak Domba.

Inilah kabar baik yang menyatukan gereja di tengah polemik: Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan, dan bangkit pada hari yang ketiga sesuai Kitab Suci. Di dalam Dia, rencana kekal Allah menjadi jaminan bagi hati nurani dan Iblis, secerdik apa pun, terkecoh oleh hikmat salib.

Comments