Martin Luther adalah seorang pria yang hidup di zaman yang penuh dengan ketegangan agama dan sosial. Dari seorang anak yang dibesarkan dalam disiplin keras, hingga menjadi seorang biarawan yang terperangkap dalam pertanyaan-pertanyaan besar tentang iman, dia akhirnya menemukan jawaban yang akan mengubah dunia. Keberaniannya untuk berbicara tentang keyakinannya dan menantang otoritas gereja telah membentuk sejarah agama dan budaya dunia. Dalam dunia yang penuh dengan pertanyaan dan perubahan, warisan Luther tetap relevan sebagai panggilan untuk kembali kepada kebenaran Alkitab dan kebebasan hati nurani umat Kristen.
Martin Luther, dikenal sebagai tokoh Reformasi Protestan pada abad ke 16, lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Jerman. Ia dilahirkan dalam keluarga sederhana, ayahnya, Hans Luther, adalah seorang penambang yang menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang baik dan menjadi seorang pengacara, profesi yang dianggap terhormat pada zaman itu. Namun, takdir membawa Martin ke jalan yang sangat berbeda, sebuah jalan yang akan mengubah wajah dunia Kristen untuk selamanya. Luther dibesarkan dalam sebuah rumah yang keras. Ayahnya menginginkan dia menjadi pengacara agar dapat mencapai status sosial yang lebih tinggi, tetapi Martin sendiri mulai tertarik pada kehidupan spiritual sejak dini. Pada usia 13 tahun, Luther dikirim untuk belajar di sekolah Latin di Magdeburg dan kemudian di Eisleben. Pendidikan ini membuka matanya terhadap dunia intelektual dan agama, meskipun dia sering merasa tertekan oleh kerasnya disiplin ayahnya.
Pada tahun 1501, Luther melanjutkan pendidikan ke Universitas Erfurt, salah satu universitas terkemuka di Jerman saat itu. Di sini, dia memperoleh gelar bachelor di bidang seni pada tahun 1502 dan kemudian melanjutkan ke studi hukum, sesuai dengan keinginan ayahnya. Namun, jalan hidupnya berubah secara dramatis. Pada tahun 1505, ketika Luther berusia 22 tahun, ia terlibat dalam sebuah kejadian yang sangat mengubah arah hidupnya. Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, Luther terserang petir yang sangat dekat dengannya. Ketakutan akan kematian membuatnya berdoa kepada St. Anna, ibu dari Maria, untuk menyelamatkannya, berjanji jika dia selamat, ia akan menjadi seorang biarawan. Kejadian ini menjadi titik balik dalam hidupnya. Setahun setelahnya, Luther masuk ke dalam biara Agustinian di Erfurt, meskipun ayahnya sangat kecewa dengan keputusannya.
Di biara ini, Luther memulai
kehidupan yang sangat berbeda, berfokus pada doa, meditasi, dan studi Alkitab.
Dia sangat disiplin, namun tetap merasa tidak puas dengan kedamaian batin yang
diharapkannya. Ia mulai meragukan cara-cara gereja dalam memandang keselamatan
dan pembenaran. Pada tahun 1510, Luther melakukan perjalanan ke Roma untuk
urusan gerejawi. Di sana, dia menyaksikan praktik-praktik gereja yang sangat
menyimpang dari ajaran yang dia pelajari, seperti penjualan indulgensi
(pengampunan dosa yang bisa dibeli). Pengalaman ini membuat Luther semakin
tergerak untuk mencari kebenaran dalam ajaran Kristen yang murni.
Pada tahun 1512, setelah
menyelesaikan pendidikan doktoralnya di bidang teologi, Luther menjadi pengajar
di Universitas Wittenberg. Di sini, ia mulai menulis dan mengajar mengenai
doktrin-doktrin gereja, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai beberapa
ajaran dan praktek gereja, termasuk masalah indulgensi. Pada tanggal 31 Oktober
1517, Luther memposting 95 Tesis di pintu gereja kastil Wittenberg, sebuah
tindakan yang sering dianggap sebagai awal dari Reformasi Protestan. Dalam
tesis-tesis ini, Luther mengkritik keras penjualan indulgensi yang dianggapnya
tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Luther menegaskan bahwa keselamatan tidak
bisa dibeli atau diperdagangkan, tetapi adalah pemberian gratis dari Allah
melalui iman.
Aksi ini menyebar dengan cepat,
memicu perdebatan dan kontroversi yang melibatkan gereja Katolik Roma. Luther
kemudian dipanggil untuk memberikan klarifikasi mengenai ajarannya oleh pihak
gereja, tetapi dia menegaskan bahwa dia tidak bisa mundur dari pandangannya
karena menurutnya, ajaran-ajaran tersebut sudah sesuai dengan Kitab Suci. Pada
tahun 1521, Luther dipanggil untuk menghadapi Konsili Worms yang diadakan oleh
Kaisar Charles V. Di sana, ia diminta untuk mencabut ajarannya. Namun, dengan
tegas Luther menjawab, "Kecuali saya diyakinkan dengan kata-kata dari
Kitab Suci atau dengan alasan yang jelas, saya tidak dapat dan tidak akan
menarik kembali apa yang saya katakan, karena tidak mungkin untuk bertindak
bertentangan dengan hati nurani". Pernyataannya yang berani ini
menyebabkan dia dinyatakan sebagai orang terkutuk dan dibuang dari Gereja
Katolik.
Namun, meskipun telah dikeluarkan,
Luther tidak mundur. Justru, ekskomunikasi itu memperkuat gerakan Reformasi
yang dia ciptakan. Luther melanjutkan pengajarannya di Wittenberg dan menulis
berbagai karya teologis yang sangat berpengaruh, di antaranya adalah
penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Jerman yang memungkinkan banyak orang
untuk mengakses Kitab Suci secara langsung tanpa perantara gereja. Reformasi
yang dimulai oleh Martin Luther membuka jalan bagi berbagai aliran Protestan di
seluruh dunia. Ajaran-ajarannya tentang keselamatan oleh iman, otoritas
Alkitab, dan hak umat untuk berhubungan langsung dengan Allah, telah mengubah
peta agama Kristen. Gereja Lutheran yang berdiri sebagai hasil Reformasi ini
masih bertahan hingga hari ini, dengan pengaruh besar dalam sejarah teologi
Kristen.
Luther meninggal pada 18 Februari 1546 di Eisleben, kota kelahirannya. Meski ia telah meninggal, gagasan dan ajaran Luther terus hidup dan menjadi dasar bagi banyak gereja Protestan. Tidak hanya sebagai seorang reformator, Luther juga diakui sebagai seorang teolog besar yang kontribusinya sangat besar dalam membentuk dunia Kristen modern.
Soli Deo Gloria :)